Senin, 21 April 2014

Kelaian Letak



BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian keras dan bulat, yaitu kepala, dan kepala teraba di fundus. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam.  Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sacrum, tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
Sedangkan prolaps tali pusat dari beberapa etiologi yang dapat menyebabkan prolapsus tali pusat diantaranya adalah kehamilan kembar, hidroamnion, kehamilan prematur, janin terlalu kecil, kelainan presentasi dan plasenta previa. Kehamilan kembar akan mengalami hidramnion, dimana cairan ketuban banyak dan inilah yang menyebabkan janin dapat bergerak lebih leluasa dalam rahim. Dan keadaan ini dapat mengakibatkan kelainan presentasi (letak sungsang, lintang, presentasi kepala).
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Letak sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada di bagian bawah kavum uteri (rongga rahim). Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan (distosia). Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir. 
Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi karena penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan menggunakan ultrasonografi. Pemeriksaan USG juga bermanfaat dalam menegakkan adanya plasenta previa.
Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor – faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang di samping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin.
Kasus distosia bahu amat bervariasi tergantung kriteria diagnosis yang digunakan. Sebagai contoh, Gross dan rekan (1987) berhasil mengidentifikasi 0,9 persen dari hampir 11.000 persalinan pervaginam yang dikategorikan sebagai mengalami distosia bahu di Toronto General Hospital. Meski demikian,distosia bahu sejati—yang baru didiagnosis ketika diperlukan manuver lain selaintraksi ke bawah dan episiotomi untuk melahirkan bahu—hanya ditemukan pada 24 kelahiran (0,2 persen). Trauma nyata pada janin ditemukan hanya padadistosia bahu yang memerlukan manuver untuk melahirkan. Laporan-laporanterkini, yang membatasi diagnosis distosia bahu pada pelahiran yangmemerlukan manuver, menyatakan insidensi yang bervariasi antara 0,6 sampai1,4 persen (American College of Obstetricians and Gynecologists, 2000; Baskettand Allen, 1995; McFarland et al, 1995; Nocon et al, 1993).Berkisar dari 1 per 1000 bayi dengan berat badan kurang dari 3,500g, sampai16 per 1000 bayi yang lahir di atas 4000 g. Di samping banyak studi untukmengidentifikasi faktor predisposisi distosia bahu, lebih dari 50% kasus terjadi tanpa adanya faktor resiko. Distosia bahu dapat menjadi salah satu dari keadaan darurat yang paling menakutkan di kamar bersalin. Walaupun banyak faktor telah dihubungkan dengan distosia bahu, kebanyakan kasus terjadi dengan tidak ada peringatan. Kasus ini diangkat sebagai salah satu kejadian distosia bahu yang tidak diperkirakan sebelumnya dan bagaimana penanganan yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut baik dalam hal maneuver yang dipilih dalam mengatasinya dan tindakan-tindakan yang dilakukan setelah bayi lahir, dalam hal ini termasuk resusitasi neonatus. Semoga dengan dibawakannya kasus ini dapat menjadi pelajaran bagi kita akan kasus tersebut.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana asuhan kehamilan dan persalinan dengan Letak Sungsang, Letak Lintang, Distosia Bahu, dan Pelaksanaan Pratikumnya ?

C.    Tujuan
1.      Untuk Mengetahui dan Memahami Letak Sungsang
2.      Untuk Mengetahui dan Memahami Letak Lintang
3.      Untuk mengetahui dan Memahami Distosia Bahu
4.      Untuk Mengetahui dan Memahami Pelaksanaan Pratikumnya









BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA


   A. Kelainan Sungsang
1.      Definisi
Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala janin di fundus uteri (manuaba, 2001 : 237).
Letak sungsang adalah janin yang letaknya membujur atau memanjang dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong di bawah (Mochtar, 1998 ). Presentasi sungsang terjadi bila bokong atau tungkai janin berpresentasi ke dalam  pelvis ibu.
Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (wiknjosastro, 2006 : 606).  Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa letak sungsang adalah suatu keadaan dimana letak pada janin memanjang dengan posisi kepala berada di fundus uteri.

2.      Etiologi
Ada beberapa penyebab yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya adalah :
·         Prematuritas karena bentuk rahim relative kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak relative besar.
·         Hidramnion karena anak mudah bergerak
·         Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala kedalam pintu
Atas panggul.
·         Panggul  yang sempit
·   Kelainan bentuk kepala: hydrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul
Faktor lain yang menjadi predisposisi terjadinya letak sungsang selain umur kehamilan termasuk diantaranya relaksasi uterus berkaitan dengan multiparitas, multi fetus, persalinan sungsang sebelumnya, kelainan uterus dan tumor pelvis. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus.
Fianu dan Vaclavinkova (1978) menemukan prevalensi lebih tinggi pada implantasi plasenta di daerah kornual-fundal pada letak lintang (73 %) dari presentasi vertex (5 %) dengan sonografi. Frekuensi terjadinya letak sungsang juga meningkat dengan adanya plesenta previa, tetapi hanya sejumlah kecil letak sungsang yang berhubungan dengan plasenta previa. Tidak ada hubungan yang kuat antara letak sungsang dengan pelvis yang menyempit (panggul sempit).

3.      Patofisiologis
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.
 jenis letak sungsang yaitu :
1.      Presentasi bokong (frank breech) (50-70%).Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
2.      Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) (5-10 %). Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki.
3.      resentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling ) ( 10-30%). Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.

4.      Perdisposisi/Faktor Resiko
o   Multipritas
o   Hamil kembar
o   Hidramnion
o   Hidrisefalus
o   Plasenta previa
o   Kelainan uterus
o   Panggul sempit
o   Multi fetus
o   Adanya persalian Sungsang sebelumnya




5.      Tanda dan Gejala
1.      Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2.      Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3.      Punggung anak dapat teraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
4.      Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

6.      Komplikasi
a.      Ibu
-          Anoksia dan ekstra uterin
-          Perdarahan
-          Trauma jalan lahir
-          Infeksi
b.      Janin
-          Berat bayi lahir rendah (BBLR) pada persalinan preterm, pertumbuhan terhambat / keduanya
-          Asfiksia,  dan hipoksia janin
-          Fraktur dan dislokasi

7.      Pentalaksanan
Deteksi Dini pada Letak Sungsang
1.       Melakukan perabaan perut bagian luar. Cara ini dilakukan oleh dokter atau bidan. Janin akan diduga sungsang bila bagian yang paling keras dan besar berada di kutub atas perut. Perlu diketahui bahwa kepala merupakan bagian terbesar dan terkeras dari janin.
2.       Melalui pemeriksaan bagian dalam menggunakan jari. Cara ini pun hanya bisa dilakukan oleh dokter atau bidan. Bila di bagian panggul ibu lunak dan bagian atas keras, berarti bayinya sungsang.
3.       Cara lain adalah dengan ultrasonografi (USG).
a.       Penanganan selama kehamilan
Versi kepala luar dapat dicoba bila presentasi sungsang didiagnosis sebelum permulaan persalinan dan setelah 37 minggu kehamilan. Tujuan dari usaha ini adalah mengangkat sungsang keluar dari pelvis ibu sementara memandu kepala janin ke dalam pelvis, dengan demikian presentasi kepala dicapai (Hacker, 2001 : 255).
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut janin harus dalam keadaan baik. Selam versi dilakukan dan setelah versi luar berhasil denyut jantung janin harus selalu diawasi. Sesudah janin berada dalam keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk ke dalam rongga panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan ringan tanpa mengadakan paksaan. Versi luar tidak akan berhasil jika versi luar dilakukan apabila air ketuban hanya sedikit. Kontraindikasi lain untuk melakukan versi luar adalah panggul sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa (Wiknjosastro, 2006 : 615).
Menurut Mochtar (1998) syarat versi luar yaitu pembukaan kurang dari 5 cm, ketuban masih ada, bokong belum turun atau masuk pintu atas panggul. Teknik versi luar yaitu :
1)      Lebih dahulu bokong lepaskan dari pintu atas panggul dan ibu dalam posisi trendelenburg.
2)      Tangan kiri letakkan di kepala dan tangan kanan pada bokong.
3)      Putar kearah muka atau perut janin.
4)      Lalu tukar tangan kiri diletakkan di bokong dan tangan kanan di kepala.
5)      Setelah berhasil pasang gurita, dan observasi TD,DJJ serta keluhan.
b.      Persalinan
1.      Kelahiran Pervaginam
Penanganan sewaktu melahirkan pada presentasi sungsang bergantung pada pelvis ibu, jenis sungsang, dan umur gestasi (Hacker, 2001 : 256).
Menurut Mochtar (1998) terdiri dari partus spontan atau pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan seluruhnya dan manual aid. Waktu memimpin partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase yaitu:
1)      Fase menunngu dimana sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan tidak menjungkit ke atas, persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan ekspresi Kristeller, karena hal ini akan memudahkan terjadinya nurchae arm.
2)      Fase untuk bertindak cepat yaitu bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit. Untuk mempercepat lahirnya janin dapat dilakukan manual aid.
2.      Seksio Sesarea
Menurut Hacker (2001) sungsang prematur biasanya dilahirkan dengan seksio sesarea karena perbedaan yang besar antara ukuran kepala janin dan badan janin, dimana kepala jauh lebih besar. Pada sungsang tidak lengkap yang cukup bulan, kelahiran harus dicapai dengan seksio sesarea.
           
    3.   Letak Lintang  
1.      Definisi
Letak lintang adalah bila dalam kehamilan atau dalam persalinan sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu (termasuk di dalamnya bila janin dalam posisi oblique).
Letak lintang adalah kedudukan janin intra interin dengan sumbu yang membuat sudut dengan sumbu yang membujur uterus. (gawat darurat obgyn, Egc 210).
2.      Etiologi
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu misteri.Faktor- faktor tersebut adalah :
1.      Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus, plasenta previa, dan tumor – tumor pelvis.
2.      Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati.
3.      Gemelli (kehamilan ganda)
4.      Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum
5.      Lumbar skoliosis
6.      Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang penuh.
Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek.
3.      Patofisiologis
Frekuensi letak lintang dalam literatur disebutkan sekitar 0,5%-2%. Sedangkan di Indonesia sekitar 0,5%. Letak lintang lebih banyak pada multipara daripada primipara, karena yang menjadikan letak lintang pada umumnya hampir sama dengan kelainan yang menyebabkan presentasi bokong.
Namun harus dikemukakan satu faktor yang terpenting , yaitu jika ruang rahim memberi kesempatan bagi janin untuk bergerak lebih leluasa. Ini mungkin, jika dinding uterus dan dinding perut ibu sudah begitu lembek, misalnya pada wanita grandemultipara, atau malah pada panggul sempit.
Letak lintang dapat dibagi menjadi 2 macam, yang dibagi berdasarkan:
1.      Letak kepala
a.       Kepala anak bisa di sebelah kiri ibu
b.      Kepala anak bisa di sebelah kanan ibu
2.      Letak punggung
a.       Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso-anterior
b.      Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-posterior
c.       Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorso-superior
d.      Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut dorso-inferior

4.      Perdisposisi/Faktor Resiko
·         Multiparitas
·         Gemelli ( kehamilan ganda )
·         Abnormalitas uterus, bentuk dari uterus yang tidak normal menyebabkan janin tidak dapat engagement sehingga sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.
·         Panggul sempit, bentuk panggul yang sempit mengakibatkan bagian presentasi tidak dapat masuk kedalam panggul (engagement) sehingga dapat mengakibatkan sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.


5.      Tanda dan Gejala
1.      Inspeksi
-          Perut membuncit ke samping
2.      Palpasi
-          Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
-          Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke dalam pintu atas panggul
-          Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
3.      Auskultasi
-          Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri
4.      Pemeriksaan Dalam
-          Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.
-          Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri.
-          Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula.
-          Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.

6.      Komplikasi
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan – kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.



c.       Ibu
Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu versi dan ekstraksi. Partus lama, ketuban pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.
d.      Janin
Angka kematian tinggi (25 – 49 %), yang dapat disebabkan oleh:
1.      Prolasus funiculi
2.      Trauma partus
3.      Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
4.      Ketuban pecah dini

7.      Pentalaksanan
a.       Pada kehamilan
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi knee chest, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi knee chest sampai persalinan. Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi knee chest, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi knee chest sampai persalinan.
Gambar 2 versi luar pada letak lintang
Kontraindikasi versi luar:
1.      Ketuban sudah pecah
2.      Penderita mempunyai hipertensi
3.      Rahim pernah mengalami pembedahan: sectio sesaria, pengeluaran mioma uteri
4.      Penderita pernah mengalami perdarahan selama hamil
5.      Pernah mengalami tindakan operasi pervaginam
6.      Terdapat faktor resiko tinggi kehamilan : kasus infertilitas, sering mengalami keguguran, persalinan prematuritas atau kelahiran mati, tinggi badan kurang dari 150 cm, mempunyai deformitas pada tulang panggul atau belakang
7.      Pada kehamilan kembar
Syarat versi luar dapat berhasil dengan baik :
1.      Dilakukan pada usia kehamilan 34-36 minggu
2.      Pada inpartu dilakukan sebelum pembukaan 4 cm
3.      Bagian terendah belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari PAP
4.      Bayi dapat dilahirkan pervaginam
5.      Ketuban masih positif utuh
b.      Pada Persalinan
Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada, dan pembukaan kurang dari 4 cm, dicoba versi luar. Jika pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan sectio caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian dilakukan embriotomi. Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat obstetri baik dilakukan versi ekstraksi, jika riwayat obstetri jelek dilakukan SC. Pada letak lintang kasep janin hidup dilakukan SC, jika janin mati dilakukan embriotomi. Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan akan menyebabkan kematian janin dan ruptur uteri. Bahu masuk ke dalam panggul, sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan bagian-bagian tubuh lainnya. Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus berkontraksi dan beretraksi sedangkan segmen bawah uterus melebar serta menipis sehingga batas antara dua bagian itu makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologik. Keadaan demikian dinamakan letak lintang kasep. Kalau janin kecil, sudah mati dan menjadi lembek, kadang-kadang persalinan dapat berlangsung spontan. Janin lahir cara Denman atau Douglas.
1.      Cara Denman Bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan lahir. Kemudian disusul badan bagian atas dan kepala.
2.      Cara Douglas, bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjutnya disusun oleh lahirnya kepala.

C.    Distosia Bahu
1.      Definisi
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dialahirakan setalah kepala janin dilahirkan. Kegagalan persalinan bahu setelah kepala lahir, dengan mencoba salah satu metode persalinan bahu. Distosia bahu merupakan kegawat daruratan obstetri karena terbatasnya waktu persalinan, terjadi trauma janin dan komplikasi pada ibunya.
Tanda distosia bahu lainnya adalah jika setelah kepala melalui serviks kemudian tampak kepala kembali tertarik balik ke dalam (turtle sign)
Distosia bahu biasanya terdapat kasus makrosomia. Resiko nya meningkat 11 kali lipat bayi dengan BB 4000 g dan 22 kali lipat pada bayi 4500 g. sekitar 50 % kasus terjadi pada bayi dengan BB kurang dari 4000 g. bayi posterm dan makrosomia beresiko mengvalami distosia bahu karena pertumbuhan trunkal dan bahu tidak sesuai dengan pertumbuhan kepala pada masa akhir kehamilan. Faktor resiko lainnya adalah obesitas maternal, riwayat melahirkan bayi besar, diabetes mellitus, dan diabetes gestational. Distosia bahu harus dicurigai pada pemanjangan kala II atau pemanjangan fase deselerasi pada kala I.
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.

2.      Etiologi
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk “melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul
1.      Janin Besar
2.      Diabetes Maternal
3.      Kehamilan lewat waktu
4.      Riwayat obstetri bayi besar
5.      Disproporsi sefalopelvi
6.      Kala II yang memanjang

3.      Patofisiologis
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala


4.      Perdisposisi/Faktor Resiko
o   Janin Besar
o   Diabetes Maternal
o   Kehamilan lewat waktu
o   Riwayat obstetri bayi besar
o   Disproporsi sefalopelvi
o   Kala II yang memanjang
o   Tubuh ibu pendek
o   Adanya riwayat distosia Bahu
o   Kelaian Anatomi panggul
o   Kelainan His
o   Kelaian Letak
o   Kelainan jalan Lahir

5.      Tanda dan Gejala
1.      Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar yang normal.
2.      Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga obese.
3.      Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak berhasil melahirkan bahu.
4.      Jelas tampak kepala mundur kembali kearah perinium
5.      Jarang terjadi resusitasi spontan. Oleh karena tambahan vulua, kepala agaknya tidak mampu bergerak.
6.      Kesulitan biasanya disadari ketika tarikan dari bawah dan dorongan dari atas tidak berhasil melahirkan bayi.
7.      Dilakukan pemeriksaan vaginal untuk mengesampingkan kemungkinan penyebab kesulitan yang lain.

6.      Komplikasi
a.      Maternal
-          Perdarahan pascapersalinan
-          Fistula rectovaginal
-          Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa “transient femoral neuropathy”
-          Robekan perinum derajat III atau IV
-          Ruptur Uteri
b.      Fetal
-          Brachial plexus palsy
-          Fraktura Clavicle
-          Kematian janin
-          Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
-          Fraktura humerus

7.      Pentalaksanan
1.      Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat diperlukan.
2.      Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah melakukan traksi curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran.
3.      Lakukan episiotomi.
4.      Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk membebaskan bahu anterior dari simfsis pubis dengan berbagai maneuver :
1.      Tekanan ringan pada suprapubic
Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan dilakukan traksi curam bawah pada kepala janin. Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam bawah pada kepala janin.
2.      Maneuver Mc Robert
Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi sehingga paha menempel pada abdomen ibu. Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak berubah, rotasi cephalad panggul cenderung untuk membebaskan bahu depan yang terhimpit.
3.      Maneuver Woods
Dengan melakukan rotasi bahu posterior 1800 secara “crock screw” maka bahu anterior yang terjepit pada simfisis pubis akan terbebas.
Maneuver Wood. Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis pubis.
4.      Persalian Bahu Belakang
a.       Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus posterior janin dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada dengan mempertahankan posisi fleksi siku
b.      Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin
c.       Lengan posterior dilahirkan
5.      Maneuver Rubin
1.      Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan pada abdomen ibu.
2.      Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan kemudian ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis pubis
6.      Pematahan klavikula
Pematahan klavikula dilakukan dengan menekan klavikula anterior kearah SP.
7.      Maneuver Zavanelli
mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan melalui SC.  Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan PPL yang sudah terjadi. Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong kepala kedalam vagina.
8.      Kleidotomi
dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting klavikula.
9.      Simfsiotomi
Tindakan yang menyaranakan untuk melakukan serangkaian tindakan emergensi

D.    Pratikum Distosia Bahu dan Sungsang




BAB  III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (wiknjosastro, 2006 : 606).  Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa letak sungsang adalah suatu keadaan dimana letak pada janin memanjang dengan posisi kepala berada di fundus uteri.
Letak lintang adalah bila dalam kehamilan atau dalam persalinan sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu (termasuk di dalamnya bila janin dalam posisi oblique). Letak lintang adalah kedudukan janin intra interin dengan sumbu yang membuat sudut dengan sumbu yang membujur uterus. (gawat darurat obgyn, Egc 210).
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dialahirakan setalah kepala janin dilahirkan. Kegagalan persalinan bahu setelah kepala lahir, dengan mencoba salah satu metode persalinan bahu. Distosia bahu merupakan kegawat daruratan obstetri karena terbatasnya waktu persalinan, terjadi trauma janin dan komplikasi pada ibunya.

B.     Saran
Bagi ibu hamil hendaknya memeriksakan kehamilannya secara dini, memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilannya, agar bisa terdeteksi secara dini komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilannya dan bisa meminimalisir terjadinya komplikasi tersebut.         




DAFTAR PUSTAKA


·         Mochtar R, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi ke-2, EGC : Jakarta.
·         Manuaba ,I.B.G. dkk.2007.Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta : EGC
·         Wiknjosastro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono:Jakarta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar