BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
letak
sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah
uterus tidak dapat diraba bagian keras dan bulat, yaitu kepala, dan kepala
teraba di fundus. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau
sedikit lebih tinggi daripada umbilikus. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan dalam. Setelah ketuban
pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya
sacrum, tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus
dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan
ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan
panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
Sedangkan
prolaps tali pusat dari beberapa etiologi yang dapat menyebabkan prolapsus tali
pusat diantaranya adalah kehamilan kembar, hidroamnion, kehamilan prematur,
janin terlalu kecil, kelainan presentasi dan plasenta previa. Kehamilan kembar
akan mengalami hidramnion, dimana cairan ketuban banyak dan inilah yang menyebabkan
janin dapat bergerak lebih leluasa dalam rahim. Dan keadaan ini dapat
mengakibatkan kelainan presentasi (letak sungsang, lintang, presentasi kepala).
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.
Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin,
sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Letak sungsang merupakan keadaan
dimana bokong janin atau kaki berada di bagian bawah kavum uteri (rongga
rahim). Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk
kelainan dalam persalinan (distosia). Distosia adalah kelambatan atau kesulitan
persalinan. Dapat disebabkan kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk
janin, serta kelainan jalan lahir. Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi karena penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan menggunakan ultrasonografi. Pemeriksaan USG juga bermanfaat dalam menegakkan adanya plasenta previa.
Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknya
diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Persalinan
letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun
janinnya. Faktor – faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang
di samping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptura uteri, juga
sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi
untuk melahirkan janin.
Kasus distosia bahu
amat bervariasi tergantung kriteria diagnosis yang digunakan. Sebagai contoh,
Gross dan rekan (1987) berhasil mengidentifikasi 0,9 persen dari hampir 11.000
persalinan pervaginam yang dikategorikan sebagai mengalami distosia bahu di
Toronto General Hospital. Meski demikian,distosia bahu sejati—yang baru
didiagnosis ketika diperlukan manuver lain selaintraksi ke bawah dan episiotomi
untuk melahirkan bahu—hanya ditemukan pada 24 kelahiran (0,2 persen). Trauma
nyata pada janin ditemukan hanya padadistosia bahu yang memerlukan manuver
untuk melahirkan. Laporan-laporanterkini, yang membatasi diagnosis distosia
bahu pada pelahiran yangmemerlukan manuver, menyatakan insidensi yang
bervariasi antara 0,6 sampai1,4 persen (American College of Obstetricians and
Gynecologists, 2000; Baskettand Allen, 1995; McFarland et al, 1995; Nocon et
al, 1993).Berkisar dari 1 per 1000 bayi dengan berat badan kurang dari 3,500g,
sampai16 per 1000 bayi yang lahir di atas 4000 g. Di samping banyak studi untukmengidentifikasi
faktor predisposisi distosia bahu, lebih dari 50% kasus terjadi tanpa adanya
faktor resiko. Distosia bahu dapat menjadi salah satu dari keadaan darurat yang
paling menakutkan di kamar bersalin. Walaupun banyak faktor telah dihubungkan dengan
distosia bahu, kebanyakan kasus terjadi dengan tidak ada peringatan. Kasus ini
diangkat sebagai salah satu kejadian distosia bahu yang tidak diperkirakan
sebelumnya dan bagaimana penanganan yang dilakukan dalam mengatasi masalah
tersebut baik dalam hal maneuver yang dipilih dalam mengatasinya dan
tindakan-tindakan yang dilakukan setelah bayi lahir, dalam hal ini termasuk
resusitasi neonatus. Semoga dengan dibawakannya kasus ini dapat menjadi
pelajaran bagi kita akan kasus tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana asuhan kehamilan dan persalinan dengan Letak
Sungsang, Letak Lintang, Distosia Bahu, dan Pelaksanaan Pratikumnya ?
C.
Tujuan
1. Untuk
Mengetahui dan Memahami Letak Sungsang
2. Untuk
Mengetahui dan Memahami Letak Lintang
3. Untuk
mengetahui dan Memahami Distosia Bahu
4. Untuk
Mengetahui dan Memahami Pelaksanaan Pratikumnya
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelainan Sungsang
1.
Definisi
Letak sungsang merupakan letak
membujur dengan kepala janin di fundus uteri (manuaba, 2001 : 237).
Letak sungsang adalah janin yang
letaknya membujur atau memanjang dalam rahim, kepala berada di fundus dan
bokong di bawah (Mochtar, 1998 ). Presentasi sungsang terjadi bila bokong atau
tungkai janin berpresentasi ke dalam
pelvis ibu.
Letak sungsang adalah keadaan dimana
janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri (wiknjosastro, 2006 : 606). Dari beberapa pendapat para ahli dapat
disimpulkan bahwa letak sungsang adalah suatu keadaan dimana letak pada janin
memanjang dengan posisi kepala berada di fundus uteri.
2.
Etiologi
Ada beberapa
penyebab yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya
adalah :
·
Prematuritas karena bentuk rahim
relative kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak relative
besar.
·
Hidramnion karena anak mudah bergerak
·
Plasenta previa karena menghalangi
turunnya kepala kedalam pintu
Atas panggul.
·
Panggul
yang sempit
· Kelainan bentuk kepala: hydrocephalus,
anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul
Faktor lain yang
menjadi predisposisi terjadinya letak sungsang selain umur kehamilan termasuk
diantaranya relaksasi uterus berkaitan dengan multiparitas, multi fetus,
persalinan sungsang sebelumnya, kelainan uterus dan tumor pelvis. Plasenta yang
terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang,
karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus.
Fianu dan Vaclavinkova (1978) menemukan prevalensi lebih tinggi pada implantasi plasenta di daerah kornual-fundal pada letak lintang (73 %) dari presentasi vertex (5 %) dengan sonografi. Frekuensi terjadinya letak sungsang juga meningkat dengan adanya plesenta previa, tetapi hanya sejumlah kecil letak sungsang yang berhubungan dengan plasenta previa. Tidak ada hubungan yang kuat antara letak sungsang dengan pelvis yang menyempit (panggul sempit).
Fianu dan Vaclavinkova (1978) menemukan prevalensi lebih tinggi pada implantasi plasenta di daerah kornual-fundal pada letak lintang (73 %) dari presentasi vertex (5 %) dengan sonografi. Frekuensi terjadinya letak sungsang juga meningkat dengan adanya plesenta previa, tetapi hanya sejumlah kecil letak sungsang yang berhubungan dengan plasenta previa. Tidak ada hubungan yang kuat antara letak sungsang dengan pelvis yang menyempit (panggul sempit).
3.
Patofisiologis
Letak janin dalam
uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus.
Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih
banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian
janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak
lintang Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah
air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat
lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang
lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di
segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan
belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada
kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala
sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam
posisi sungsang.
jenis letak sungsang yaitu :
1. Presentasi
bokong (frank breech) (50-70%).Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua
sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi
bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat
diraba bokong.
2. Presentasi
bokong kaki sempurna (complete breech) (5-10 %). Pada presentasi bokong kaki
sempurna disamping bokong dapat diraba kaki.
3. resentasi
bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling ) (
10-30%). Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di
samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi
kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
4.
Perdisposisi/Faktor
Resiko
o Multipritas
o Hamil kembar
o Hidramnion
o Hidrisefalus
o Plasenta
previa
o Kelainan
uterus
o Panggul
sempit
o Multi fetus
o Adanya
persalian Sungsang sebelumnya
5.
Tanda
dan Gejala
1. Pergerakan
anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering merasa
benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2. Pada palpasi
teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3. Punggung
anak dapat teraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak
yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
4. Bunyi
jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
6.
Komplikasi
a.
Ibu
-
Anoksia dan ekstra uterin
-
Perdarahan
-
Trauma jalan lahir
-
Infeksi
b.
Janin
-
Berat
bayi lahir rendah (BBLR) pada persalinan preterm, pertumbuhan terhambat /
keduanya
-
Asfiksia, dan hipoksia janin
-
Fraktur dan dislokasi
7.
Pentalaksanan
Deteksi Dini pada Letak
Sungsang
1. Melakukan
perabaan perut bagian luar. Cara ini dilakukan oleh dokter atau bidan. Janin
akan diduga sungsang bila bagian yang paling keras dan besar berada di kutub
atas perut. Perlu diketahui bahwa kepala merupakan bagian terbesar dan terkeras
dari janin.
2. Melalui
pemeriksaan bagian dalam menggunakan jari. Cara ini pun hanya bisa dilakukan
oleh dokter atau bidan. Bila di bagian panggul ibu lunak dan bagian atas keras,
berarti bayinya sungsang.
3. Cara
lain adalah dengan ultrasonografi (USG).
a. Penanganan
selama kehamilan
Versi kepala luar dapat dicoba bila
presentasi sungsang didiagnosis sebelum permulaan persalinan dan setelah 37
minggu kehamilan. Tujuan dari usaha ini adalah mengangkat sungsang keluar dari
pelvis ibu sementara memandu kepala janin ke dalam pelvis, dengan demikian
presentasi kepala dicapai (Hacker, 2001 : 255).
Sebelum melakukan versi luar,
diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut janin harus dalam keadaan
baik. Selam versi dilakukan dan setelah versi luar berhasil denyut jantung
janin harus selalu diawasi. Sesudah janin berada dalam keadaan presentasi
kepala, kepala didorong masuk ke dalam rongga panggul. Versi luar hendaknya
dilakukan dengan kekuatan ringan tanpa mengadakan paksaan. Versi luar tidak
akan berhasil jika versi luar dilakukan apabila air ketuban hanya sedikit.
Kontraindikasi lain untuk melakukan versi luar adalah panggul sempit,
perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa (Wiknjosastro,
2006 : 615).
Menurut Mochtar (1998) syarat versi luar yaitu
pembukaan kurang dari 5 cm, ketuban masih ada, bokong belum turun atau masuk
pintu atas panggul. Teknik versi luar yaitu :
1)
Lebih dahulu bokong lepaskan dari pintu atas panggul
dan ibu dalam posisi trendelenburg.
2)
Tangan kiri letakkan di kepala dan tangan kanan pada
bokong.
3)
Putar kearah muka atau perut janin.
4)
Lalu tukar tangan kiri diletakkan di bokong dan tangan
kanan di kepala.
5)
Setelah berhasil pasang gurita, dan observasi TD,DJJ serta
keluhan.
b.
Persalinan
1.
Kelahiran Pervaginam
Penanganan sewaktu melahirkan pada presentasi sungsang
bergantung pada pelvis ibu, jenis sungsang, dan umur gestasi (Hacker, 2001 :
256).
Menurut Mochtar (1998) terdiri dari partus spontan
atau pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan seluruhnya dan manual
aid. Waktu memimpin partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase
yaitu:
1)
Fase menunngu dimana sebelum bokong
lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan tidak menjungkit
ke atas, persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan ekspresi Kristeller, karena
hal ini akan memudahkan terjadinya nurchae arm.
2)
Fase untuk bertindak cepat yaitu bila
badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala
dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit. Untuk mempercepat
lahirnya janin dapat dilakukan manual aid.
2.
Seksio Sesarea
Menurut Hacker (2001) sungsang prematur biasanya
dilahirkan dengan seksio sesarea karena perbedaan yang besar antara ukuran
kepala janin dan badan janin, dimana kepala jauh lebih besar. Pada sungsang
tidak lengkap yang cukup bulan, kelahiran harus dicapai dengan seksio sesarea.
3.
Letak
Lintang
1.
Definisi
Letak lintang adalah bila dalam kehamilan atau dalam persalinan sumbu
panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu (termasuk di dalamnya bila
janin dalam posisi oblique).
Letak lintang adalah kedudukan janin intra interin dengan sumbu yang
membuat sudut dengan sumbu yang membujur uterus. (gawat darurat obgyn, Egc 210).
2.
Etiologi
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi
dari berbagai faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu
misteri.Faktor- faktor tersebut adalah :
1.
Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit,
hidrosefalus, anensefalus, plasenta previa, dan tumor – tumor pelvis.
2.
Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas,
anak kecil, atau sudah mati.
3.
Gemelli (kehamilan ganda)
4.
Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau
septum
5.
Lumbar skoliosis
6.
Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang
penuh.
Sebab terpenting terjadinya letak
lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek.
3.
Patofisiologis
Frekuensi
letak lintang dalam literatur disebutkan sekitar 0,5%-2%. Sedangkan di
Indonesia sekitar 0,5%. Letak lintang lebih banyak pada multipara daripada
primipara, karena yang menjadikan letak lintang pada umumnya hampir sama dengan
kelainan yang menyebabkan presentasi bokong.
Namun harus
dikemukakan satu faktor yang terpenting , yaitu jika ruang rahim memberi
kesempatan bagi janin untuk bergerak lebih leluasa. Ini mungkin, jika dinding
uterus dan dinding perut ibu sudah begitu lembek, misalnya pada wanita
grandemultipara, atau malah pada panggul sempit.
Letak lintang dapat dibagi menjadi 2 macam, yang dibagi berdasarkan:
1. Letak kepala
a. Kepala anak
bisa di sebelah kiri ibu
b. Kepala anak
bisa di sebelah kanan ibu
2. Letak
punggung
a. Jika
punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso-anterior
b. Jika
punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-posterior
c. Jika
punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorso-superior
d. Jika
punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut dorso-inferior
4.
Perdisposisi/Faktor
Resiko
·
Multiparitas
·
Gemelli ( kehamilan ganda )
·
Abnormalitas uterus, bentuk dari uterus
yang tidak normal menyebabkan janin tidak dapat engagement sehingga sumbu
panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.
·
Panggul sempit, bentuk panggul yang
sempit mengakibatkan bagian presentasi tidak dapat masuk kedalam panggul
(engagement) sehingga dapat mengakibatkan sumbu panjang janin menjauhi sumbu
jalan lahir.
5.
Tanda
dan Gejala
1. Inspeksi
-
Perut membuncit ke samping
2. Palpasi
-
Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua
kehamilan
-
Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali
kalau bahu sudah masuk ke dalam pintu atas panggul
-
Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di
kiri
3. Auskultasi
-
Denyut jantung janin setinggi pusat
kanan atau kiri
4. Pemeriksaan
Dalam
-
Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung
teraba tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara
bersalaman.
-
Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau
ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri.
-
Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak
dada dengan klavikula.
-
Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan
kecil dan ketuban intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
6.
Komplikasi
Meskipun letak lintang
dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan – kelainan yang
menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor panggul dan
plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan.
Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu
maupun janinnya.
c.
Ibu
Bahaya yang mengancam
adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu versi dan ekstraksi. Partus
lama, ketuban pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.
d.
Janin
Angka kematian tinggi (25 – 49 %),
yang dapat disebabkan oleh:
1.
Prolasus funiculi
2.
Trauma partus
3.
Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
4.
Ketuban pecah dini
7.
Pentalaksanan
a. Pada
kehamilan
Pada primigravida umur
kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi knee chest, jika
lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi knee
chest sampai persalinan. Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32
minggu posisi knee chest, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi
luar, kalau gagal posisi knee chest sampai persalinan.
Gambar 2 versi luar
pada letak lintang
Kontraindikasi versi luar:
1.
Ketuban sudah pecah
2.
Penderita mempunyai hipertensi
3.
Rahim pernah mengalami pembedahan: sectio sesaria,
pengeluaran mioma uteri
4.
Penderita pernah mengalami perdarahan selama hamil
5.
Pernah mengalami tindakan operasi pervaginam
6.
Terdapat faktor resiko tinggi kehamilan : kasus
infertilitas, sering mengalami keguguran, persalinan prematuritas atau
kelahiran mati, tinggi badan kurang dari 150 cm, mempunyai deformitas pada
tulang panggul atau belakang
7.
Pada kehamilan kembar
Syarat versi luar dapat berhasil dengan baik :
1.
Dilakukan pada usia kehamilan 34-36 minggu
2.
Pada inpartu dilakukan sebelum pembukaan 4 cm
3.
Bagian terendah belum masuk atau masih dapat
dikeluarkan dari PAP
4.
Bayi dapat dilahirkan pervaginam
5.
Ketuban masih positif utuh
b.
Pada Persalinan
Pada letak
lintang belum kasep, ketuban masih ada, dan pembukaan kurang dari 4 cm, dicoba
versi luar. Jika pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup
dilakukan sectio caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian
dilakukan embriotomi. Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat obstetri
baik dilakukan versi ekstraksi, jika riwayat obstetri jelek dilakukan SC. Pada
letak lintang kasep janin hidup dilakukan SC, jika janin mati dilakukan
embriotomi. Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup
bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa
pertolongan akan menyebabkan kematian janin dan ruptur uteri. Bahu masuk ke
dalam panggul, sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan bagian-bagian
tubuh lainnya. Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga
panggul. Dalam usaha untuk mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus
berkontraksi dan beretraksi sedangkan segmen bawah uterus melebar serta menipis
sehingga batas antara dua bagian itu makin lama makin tinggi dan terjadi
lingkaran retraksi patologik. Keadaan demikian dinamakan letak lintang kasep.
Kalau janin kecil, sudah mati dan menjadi lembek, kadang-kadang persalinan
dapat berlangsung spontan. Janin lahir cara Denman atau Douglas.
1.
Cara Denman Bahu tertahan pada simfisis dan dengan
fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan
kaki turun di rongga panggul dan lahir. Kemudian disusul badan bagian atas dan
kepala.
2.
Cara Douglas, bahu masuk ke dalam rongga panggul,
kemudian dilewati oleh bokong dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir,
selanjutnya disusun oleh lahirnya kepala.
C.
Distosia
Bahu
1.
Definisi
Distosia bahu adalah tersangkutnya
bahu janin dan tidak dapat dialahirakan setalah kepala janin dilahirkan. Kegagalan
persalinan bahu setelah kepala lahir, dengan mencoba salah satu metode
persalinan bahu. Distosia bahu merupakan kegawat daruratan obstetri karena
terbatasnya waktu persalinan, terjadi trauma janin dan komplikasi pada ibunya.
Tanda distosia bahu
lainnya adalah jika setelah kepala melalui serviks kemudian tampak kepala
kembali tertarik balik ke dalam (turtle sign)
Distosia bahu
biasanya terdapat kasus makrosomia. Resiko nya meningkat 11 kali lipat bayi
dengan BB 4000 g dan 22 kali lipat pada bayi 4500 g. sekitar 50 % kasus terjadi
pada bayi dengan BB kurang dari 4000 g. bayi posterm dan makrosomia beresiko
mengvalami distosia bahu karena pertumbuhan trunkal dan bahu tidak sesuai
dengan pertumbuhan kepala pada masa akhir kehamilan. Faktor resiko lainnya
adalah obesitas maternal, riwayat melahirkan bayi besar, diabetes mellitus, dan
diabetes gestational. Distosia bahu harus dicurigai pada pemanjangan kala II
atau pemanjangan fase deselerasi pada kala I.
Distosia bahu ialah
kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral promontory
karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa
lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor).
Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin
dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
2.
Etiologi
Distosia bahu
terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk “melipat” ke
dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan
persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang
terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau
kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II
sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul
1. Janin Besar
2. Diabetes Maternal
3. Kehamilan lewat waktu
4. Riwayat obstetri bayi besar
5. Disproporsi sefalopelvi
6. Kala II yang memanjang
3.
Patofisiologis
Setelah kelahiran
kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada
sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada sumbu
miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan
meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada
posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan
terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala
4.
Perdisposisi/Faktor
Resiko
o Janin Besar
o Diabetes Maternal
o Kehamilan lewat waktu
o Riwayat obstetri bayi besar
o Disproporsi sefalopelvi
o Kala II yang memanjang
o Tubuh ibu pendek
o Adanya riwayat distosia Bahu
o Kelaian
Anatomi panggul
o Kelainan His
o Kelaian
Letak
o Kelainan
jalan Lahir
5.
Tanda
dan Gejala
1. Pada proses persalinan normal kepala lahir
melalui gerakan ekstensi. Pada distosia bahu kepala akan tertarik kedalam dan
tidak dapat mengalami putar paksi luar yang normal.
2. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan
bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu pula dengan postur tubuh parturien yang
biasanya juga obese.
3. Usaha untuk melakukan putar paksi luar,
fleksi lateral dan traksi tidak berhasil melahirkan bahu.
4. Jelas tampak
kepala mundur kembali kearah perinium
5. Jarang
terjadi resusitasi spontan. Oleh karena tambahan vulua, kepala agaknya tidak
mampu bergerak.
6. Kesulitan
biasanya disadari ketika tarikan dari bawah dan dorongan dari atas tidak
berhasil melahirkan bayi.
7. Dilakukan
pemeriksaan vaginal untuk mengesampingkan kemungkinan penyebab kesulitan yang
lain.
6.
Komplikasi
a.
Maternal
-
Perdarahan pascapersalinan
-
Fistula rectovaginal
-
Simfisiolisis
atau diathesis, dengan atau tanpa “transient femoral neuropathy”
-
Robekan
perinum derajat III atau IV
-
Ruptur
Uteri
b. Fetal
-
Brachial plexus palsy
-
Fraktura Clavicle
-
Kematian janin
-
Hipoksia janin ,
dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
-
Fraktura humerus
7.
Pentalaksanan
1.
Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia
bahu sangat diperlukan.
2.
Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi
distosia bahu adalah melakukan traksi curam bawah sambil meminta ibu untuk
meneran.
3.
Lakukan
episiotomi.
4. Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk membebaskan
bahu anterior dari simfsis pubis dengan berbagai maneuver :
1.
Tekanan ringan pada suprapubic
Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan
dilakukan traksi curam bawah pada kepala janin. Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi
curam bawah pada kepala janin.
2.
Maneuver Mc Robert
Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari
penyangga dan melakukan fleksi sehingga paha menempel pada abdomen ibu. Tindakan
ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala
maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak berubah,
rotasi cephalad panggul cenderung untuk membebaskan bahu depan yang terhimpit.
3.
Maneuver Woods
Dengan melakukan rotasi bahu posterior 1800 secara “crock
screw” maka bahu anterior yang terjepit pada simfisis pubis akan terbebas.
Maneuver Wood. Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi
bawah simfisis pubis.
4.
Persalian
Bahu Belakang
a. Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus posterior
janin dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada dengan
mempertahankan posisi fleksi siku
b. Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin
c. Lengan posterior dilahirkan
5.
Maneuver Rubin
1. Mengguncang bahu
anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan pada abdomen ibu.
2. Tangan
mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan
kemudian
ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua
bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis pubis
6.
Pematahan klavikula
Pematahan klavikula dilakukan
dengan menekan klavikula anterior kearah SP.
7.
Maneuver Zavanelli
mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan melalui SC. Memutar
kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan PPL yang
sudah terjadi. Membuat
kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong kepala kedalam vagina.
8.
Kleidotomi
dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara
menggunting klavikula.
9.
Simfsiotomi
Tindakan yang menyaranakan untuk
melakukan serangkaian tindakan emergensi
D.
Pratikum
Distosia Bahu dan Sungsang
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Letak
sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (wiknjosastro, 2006 :
606). Dari beberapa pendapat para ahli
dapat disimpulkan bahwa letak sungsang adalah suatu keadaan dimana letak pada
janin memanjang dengan posisi kepala berada di fundus uteri.
Letak
lintang adalah bila dalam kehamilan atau dalam persalinan sumbu panjang janin
melintang terhadap sumbu panjang ibu (termasuk di dalamnya bila janin dalam
posisi oblique). Letak lintang adalah kedudukan janin intra interin dengan
sumbu yang membuat sudut dengan sumbu yang membujur uterus. (gawat darurat
obgyn, Egc 210).
Distosia
bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dialahirakan setalah
kepala janin dilahirkan. Kegagalan persalinan bahu setelah kepala lahir, dengan
mencoba salah satu metode persalinan bahu. Distosia bahu merupakan kegawat
daruratan obstetri karena terbatasnya waktu persalinan, terjadi trauma janin
dan komplikasi pada ibunya.
B.
Saran
Bagi ibu hamil hendaknya memeriksakan kehamilannya
secara dini, memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilannya, agar
bisa terdeteksi secara dini komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilannya
dan bisa meminimalisir terjadinya komplikasi
tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Mochtar R, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I
Edisi ke-2, EGC : Jakarta.
·
Manuaba ,I.B.G. dkk.2007.Pengantar
Kuliah Obstetri.Jakarta : EGC
·
Wiknjosastro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono:Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar